Jumat, 11 November 2016

Short Story: EXPLODE

Title: Explode
Genre: Drama
Format: Short Story

EXPLODE
By
Naya Steven

Wahyu seorang pekerja kantoran muda disebuah perusahaan swasta menjalani hidupnya dengan pekerjaan dan rutinitas yang monoton. Seperti kebanyakan lulusan-lulusan sarjana di negara ini, belajar setinggi langit dan berakhir menjadi budak berkerah perusahaan neo capitalism. Setiap pagi jam wakernya berbunyi tepat pada pukul 04.00 dini hari yang berarti ia harus memulai kegiatannya di kota borjuis ini. Disusul dengan alarm handphonenya yang berbunyi tepat 15 menit setelah jam wakernya berbunyi untuk mengingatkannya bangun in case dia belum terjaga dari waker analognya itu. Tidak lupa Handphonenya selalu tercas teratur dan baterai HPnya selalu terisi penuh bertepatan ketika ia bangun pagi. Wahyu memang adalah pribadi yang precise, teratur, patuh,kaku, dan taat aturan. Sekilas ia terlihat seperti robot karena sangat susah untuknya mengungkapkan perasaan dan kemauan pribadinya. Ia terlalu takut dengan kehidupan dan segalanya sehingga apa yang tersisa dari egonya sudah hampir sirna dari dirinya.
Setelah mematikan alarm Handphonenya ia selalu mandi, disusul dengan shaving, deodorant, etc, dan selesai tepat pukul 04.30. Lalu ia membuka lemari pakaiannya untuk memilih kemeja berlengan panjang, celana bahan, sabuk, dasi, dan sepatu fantofelnya, semua atribut ala semua budak berkerah dikota itu. Dan tepat pada pukul 05.00 ia berangkat menuju tempat kerjanya yang cukup jauh karena jakarta yang selalu macet. Kegiatan kerjanya dimulai pada pukul 07.00 tepat. Rangkaian waktu ini adalah rangkaian yang harus tepat baginya seperti program komputer karena kalau semenit saja ia meleset dari jadwal ini maka ia akan terlambat masuk kerja dan pastinya akan berakibat buruk bagi wahyu yang hanya seorang pekerja biasa dengan posisi standard yang gampang tergantikan oleh para kandidat baru pencari kerja yang tak terhitung jumlahnya di era krisis finansial ini.
Siksaan untuk wahyu tidak berakhir sampai situ saja. Ketika memasuki kantornya ia harus selalu berhadapan dengan orang-orang yang menggangu rutinitas setiap hari. Melewati sekeretaris yang menyusahkan absennya, teman dekat kantornya yang bernama fadly yang selalu menepuk punggungnya dengan keras setiap pagi setiap dia datang, disusul dengan teman kantor sebangkunya, renaldi, yang selalu mengambil pulpen miliknya sekaligus menghibahkan tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya kepada wahyu. Dan terakhir ia harus menghadapi rentetan kritikan dan tugas yang menumpuk dari bosnya yang cerewet dan bawel bernama hanna belum lagi ia harus mengikuti kumpul-kumpul “basabasi” karyawan kantornya untuk menjaga hubungan baik dan posisinya didalam kantor. Begitulah keseharian wahyu setiap harinya dilalui secara konsisten dan monoton.
Keesokan harinya seperti biasa ia bangun pagi dengan rutinitasnya yang seperti robot tetapi sayang pada hari itu ia terlambat sampai di kantornya  dan tidak sengaja ia menabrak seorang wanita bertustel yang sedang memfoto-foto lokasi sekitar kantornya.
Pagi itu fadli makin menjadi, ia menepuk punggung wahyu ketika wahyu sedang membawa tumpukan berkas tugas sehingga ia tersandung. Fadli tertawa melihat rekannya tersandung, dan wahyu yang sebenarnya kesal tetapi sifatnya yang tidak bisa mengungkapkan perasaanya akhirnya hanya tersenyum hambar dan melanjutkan langkahnya menuju meja kerjanya. Seperti biasa ketika baru saja duduk renaldi langsung menghujani wahyu dengan berbagai cerita-cerita tidak penting yang berbau menyombongkan dirinya secara beruntun dan tidak lupa ketika wahyu baru saja ingin mengambil pulpennya untuk mengerjakan tugasnya, tangan renaldi menyambar pulpen itu dengan ringan dan pergi meninggalkannya. Beberapa saat ketika wahyu sedang sangat sibuk mengerjakan tugas kantornya yang menumpuk, bossnya, bu hanna menghampirinya dengan wajah galak. Ia langsung membanting file berisi berkas di meja wahyu dan mulai mengkritik kesalahannya dalam tugas kantornya itu didepan rekan-rekan kantornya. Belum lagi ia dikritik karena terlambat dan sepertinya bu hanna memang sedang dalam suasana hati yang buruk, cercaanya tidak berhenti sampai situ, namun berlanjut sampai penampilan fisik wahyu pun dikritiknya didepan umum sampai-sampai teman sekantornya ikut menertawakannya.
Siang harinya setelah istirahat siang renaldi dengan senyum sombongnya menghampiri meja wahyu lagi dan menaruh file tugas yang harusnya adalah tugasnya dia kepada wahyu, wahyu ingin menolak permintaan tolong renaldi tetapi yang keluar hanya kata-kata “tapi.. Tapi.. Tapi…” dan renaldi berlalu begitu saja dengan entengnya. Ketika jam kantor pulang Bu hanna menyuruh wahyu untuk lembur tambahan dengan alasan “ingin tes prosedur baru”. Sedangkan banyak pekerja lainnya yang sudah meninggalkan tempat kerja, hanya wahyu dan beberapa pekerja sial yang terkena lembur dadakan ala romusha itu.
Ketika ia ingin pergi meninggalkan kantornya, ia bertemu lagi dengan wanita bertustel yang tidak sengaja ditabraknya pagi itu, ternyata wanita itu adalah seorang fotografer yang sedang mengabadikan moment-moment pekerja kantoran untuk karya fotografi terbarunya yang berjudul “human & drone”. Karena momen yang tak disengaja itu mereka menjadi berbicara satu sama lain di halaman gedung yang sudah mulai sepi itu. Dari pembicaraan wahyu dan fotografer wanita yang ternyata bernama gita itu terkuak bahwa ternyata wahyu dulunya sangat menyukai dan berbakat di bidang fotografi, karya-karyanya sempat merajai komunitas lokal daerahnya ketika ia sekolah, sampai detik ini ia masih menyimpan tustel kesayangannya dan berbagai piagam penghargaannya di kamar tidurnya. Alasan yang membuatnya tidak melanjutkan hobinya adalah karena tentangan kedua orang tuanya yang konservatif. Gita yang ramah itupun berempati dengan kisah wahyu.
Esoknya, hari kerja dilalui wahyu seperti biasa dengan monoton dan siksaan-siksaan batin yang setiap hari menghadangnya, ia merasa kosong, hampa, tidak ada satupun yang membuatnya bahagia di karir berdasinya itu. Sepulangnya dari kerja, ia berpapasan lagi dengan Gita yang sedang melanjutkan karya fotografinya, Gita yang ramah mengajak wahyu untuk mengobrol. Tak disangka, ternyata wahyu membawa album karya-karya fotografi terbaiknya didalam tas kerjanya. Ia memang berharap ingin bertemu sekali lagi dengan gita untuk berbagi problema kehidupan kerjanya yang tidak sesuai dengan kebahagiaan hatinya. Sembari melihat-lihat hasil karya fotografi wahyu yang memukau Gita, gitapun menjelaskan bahwa ia percaya pekerjaan seseorang itu harus sesuai dengan kebahagiaan hati orang tersebut tidak karena tuntutan perkembangan zaman dan era liberalisme yang tamak. Ia menjelaskan bahwa tidak usah takut akan penghasilan dan apapun pekerjaan itu asalkan seseorang sangat menyukai bidang pekerjaan itu dan pekerjaan tersebut tidak menyalahi moril keagamaan, maka yang mahakuasa sudah menyiapkan mekanisme untuk seorang bertahan hidup dan berkarya apapun bidangnya, walaupun bidang itu berbeda dari kenormalan budaya manusia di negaranya. Gita menambahkan, jadilah dirimu sendiri, karena dirimulah yang paling bisa mengasihi kemauan dan kebahagianmu sendiri, janganlah pernah takut untuk bermimpi biarpun yang lainnya terbangun di realitas.. Karena seorang visioner bahkan revolusioner semuanya bermula dari seorang Pemimpi. Dan Gita menjelaskan karya terbarunya yang berjudul “human & drone”, bahwa manusia zaman sekarang tidak sadar bahwa era capitalis telah merubah manusia yang berakal dan berbudi menjadi sebuah drone yaitu mesin yang tak berperasaan dan hanya menjalani perintah pemrogramnya, ia menutupnya dengan statement “wahyu, apakah elo memilih menjadi seorang manusia seperti yang diciptakan Tuhan? Atau elo lebih memilih menjadi sebuah mesin yang diciptakan sesama lo yaitu manusia?”.
Perkataan gita membuat wahyu tak bisa tidur dan memandangi tustel lamanya, esok harinya, pada pagi hari kerja, tidak seperti biasanya, ia bangun lebih siang dari biasanya dengan santai tanpa ketegangan, ia tidak mandi dengan pakaian santai dan rambut acak-acakan ia menuju kantor membawa tustelnya. Sesampainya dikantor ia melewati sekretaris cerewet itu dan mengacungkan jari tengah kepadanya. Lalu ketika ia masuk, ia melihat fadli dan menepuknya dengan sangat keras sampai fadli terjungkal. Sesampainya di meja kerjanya ia menaruh kakinya dimeja seakan-akan ia tidak peduli dengan norma kerja yang mengekangnya. Renaldi datang menghampirinya seperti biasa dengan cengengesan dan menitipkan pekerjaannya di meja wahyu. Tanpa disangka emosi wahyu meledak, ia menggampar renaldi dengan tumpukan tugasnya sendiri sampai ia jatuh pingsan lalu ia membuang berpuluh-puluh pulpen dibadan renaldi dan berkata “ini yang gw rasakan setiap hari dengan adanya tekanan dari loe! Gimana rasanya?!”. Para pekerja jadi melihat peristiwa tersebut dan bu hanna pun serentak memaki wahyu, dengan santainya wahyu membalas ucapan bu hanna dengan nada sarkastik dan sinis, “sebelum elo mengasihani gw dengan hujatan-hujatan lo, kasihanilah diri lo sendiri karena lo ga bisa bermimpi. Lo semua di ruangan ini telah berdegradasi menjadi seonggok mesin yang terbungkus daging.. Gw kasian dengan lo semua.. Kalian adalah manusia yang pintar dan berakal budi.. Pendidikan mahal dan tinggi, lama pula..Tapi kalian hanya berakhir menjadi budak berkerah untuk ego dan kepentingan seorang diktaktor kapitalist.. You are all just a drone!!”. Ia menutup kalimatnya dengan “I quit!! Because I am only human.. And i! Have a dream!” dan mengacungkan jari tengahnya sambil keluar dari kantornya.
Di akhir cerita, wahyu terlihat sedang memamerkan karya fotografinya di pameran fotografi bersama Gita, dan ternyata foto-foto karyanya mengabadikan moment hari terakhir ia bekerja di perusahaan terdahulunya sampai moment dimana ia mengutarakan akan berhenti bekerja di perusahaan tersebut. Moment dan tragedi di hari itu menjadi hasil karya dan kritikan pedas terhadap era kapitalis modern saat ini, karya fotografinya dinamainya dengan judul “Explode”.


-End-

ScreenPlay: BINOCULAR

Title: Binocular
Format: ScreenPlay
Genre: Psychological Drama

BINOCULAR
(Written by Naya Steven)



1. INT. KAMAR TIDUR – NIGHT

[Kamera masuk melalui jendela kamar tidur dan menjelajahi seluruh sudut kamar. Terlihat beberapa koleksi buku, artikel internet, topeng-topeng, koleksi senjata tajam, dan berbagai macam bentuk alat bantu pandang jarak jauh. Kamera berhenti mendadak men-shoot pintu kamar tidur].
Samara Saranggi Membuka pintu kencang-kencang dan membanting daun pintu keras-keras berkali-kali (4 kali) sambil berteriak-teriak.

SAMARA:
(Murka/Tak Stabil sambil membanting daun pintu kamarnya)
Uwaaaaahhhhhh!!!!!
BAAANGSAAAAAT!!!!!
BAAAANGSAAAAAAAATTTT!!!!!!
GUE BENCI MANUSIAAAAA!!!!
(Berjalan ke ranjang  sambil memukuli kepalanya sendiri)
GUE BALES!!
GUE AKAN BALESS LO SEMUA!!!!
(Adi terduduk di ranjangnya sambil menggaruk-garuk kepalanya menggunakan dua tangannya)
(Suara nafasnya ngos-ngosan)
fiuuh…

Adegan ditutup dengan Samara melempar gelas ke dinding kamarnya dan tertidur.

[MOVIE TITLE “BINOCULAR”]

FADE OUT TO :

2. INT. RUANG TV - DAY

[Kamera men-shoot out Iklan di TV tentang terobosan terbaru “Telephone Therapy” by Dokter Elsa Lavicuna, psikiater muda ternama di kota itu]. Terlihat Samara sedang menonton TV dan meminum minuman kaleng. Ia terkejut geram ketika mendengar pintu rumahnya terbuka, lalu ia beranjak meninggalkan ruangan itu menuju kamarnya.

CUT TO :

3. INT. KAMAR TIDUR – DAY

Samara memasuki kamarnya dan mengunci pintu. Pandangannya kosong dan jalannya pun aneh seperti tidak ada nafas kehidupan. Ia memandang suatu benda di mejanya, yaitu binocular kira-kira 30 detik. Lalu ia mengambil binocular itu.
CUT TO:
4. INT. KAMAR TIDUR, BALKON – DAY

Samara mengenakan Binocularnya untuk memandangi jalanan kompleks depan rumahnya dan beberapa jendela-jendela rumah kediaman tetangga-tetangganya. Lengannya terlihat gemetar dan mencengkeram.


CUT TO :

6. EXT. JALANAN KOMPLEKS – DAY

[BINOCULAR VIEW] Gambaran suasana aktivitas beberapa orang lewat jalanan tersebut. Dari jendela terlihat subjek Tetangga A sedang menggantung cucian. Dari jendela kedua, Subjek Tetangga B sedang merokok. Lalu kamera mengarah ke jalanan terlihat seorang wanita cantik sedang berjalan pulang memasuki rumah kediamannya. Wanita tersebut adalah Linda Ananda, penghuni baru rumah seberang Samara.

CUT TO CUT :

7. INT. KAMAR TIDUR, BALKON – DAY

Samara terlihat semakin gemetar mencengkeram binocular sambil memandangi lensanya penuh nafsu. Deru nafasnya kian mengencang.

CUT TO CUT :

8. EXT. JALANAN KOMPLEKS (PEKARANGAN RUMAH LINDA)– DAY

Linda Terlihat sedang memasuki rumahnya

CUT TO :

9 . INT. KAMAR TIDUR, BALKON -DAY

Ada suara ketok pintu di pintu kamar Samara dan suara memanggil..

SUARA DADDY:
(Suara gagang pintu)
SAMARA!
HEH ANAK SINGKOONG!!
Kan gue udah bilang! Jangan lupa TV Dimatiin!!
(Gebrakan pintu 2 kali)
SAMARA:
(ekspresi Sedikit terkejut)
SUARA DADDY:
Dasar ga berguna!! TOLOL KAMU!!

Beberapa saat setelah suara tersebut, Samara terlihat murka dan tidak stabil sambil melihat kearah pintu kamarnya. Binocularnya digenggam erat-erat dengan otot lalu dibantingnya ke ranjang, ia pun melangkah ke pintu dengan tangan tergenggam. Lalu adegan diakhiri dengan shot Samara menonjok daun pintu kamarnya.

CUT TO :

10. EXT. JALANAN KOMPLEKS – SORE

Gambaran suasana aktivitas beberapa orang berjalan di jalanan kompleks dengan kegiatannya masing-masing dan Samara berjalan menunduk dan terburu-buru seperti tegang menghindari pandangan atensi orang-orang menggunakan hoodie menuju ke pintu rumahnya. Diakhiri dengan samara membuka gerbang rumahnya.

CUT TO :

11. INT. KAMAR TIDUR – SORE

Samara membuka kamar tidurnya dan memasuki kamarnya dengan tegang dan ngos-ngosan seperti kesulitan bernapas. Ia mengambil obat hirup yang ada dimejanya dan menghirupnya sambil transisi dari berdiri lalu jatuh terduduk tersender di dinding kamarnya sambil perlahan bernafas lega. Beberapa saat kemudian ia beranjak ke balkon sembari mengambil Binocular kesayangannya.

CUT TO:

12. INT. KAMAR TIDUR, BALKON – SORE

Samara terlihat gemetar mencengkeram binocular sambil memandangi lensanya penuh nafsu. Deru nafasnya sedikit mengencang

CUT TO :

13. EXT. JALANAN KOMPLEKS/JENDELA KAMAR LINDA – SORE

[BINOCULAR VIEW] Linda yang beraktivitas setiap saat, mondar-mandir melintas di jalan yang sama, mengenakan pakaian yang menarik dan kadang anggun, rambut yang dikuncir kadang juga dibiarkan terurai menjadi pandangan Samara dalam binocularnya ketika mengintip Linda bersolek didepan kaca.
[CUT TO CUT] Samara bernafas lebih kencang.
[CUT TO CUT] Linda pergi meninggalkan rumah dijemput mobil keren.
[CUT TO CUT] Samara bernafas ngos-ngosan sambil beralih terduduk bengong dibalkon memegang binocularnya.


CUT TO :



14. INT. KAMAR TIDUR – NIGHT

Samara sedang mengetik tugas di laptopnya, ia terlihat bosan lalu ia menengok balkonnya, beranjak mengambil Binocularnya dan menuju balkon.

CUT TO:

15. EXT. JALANAN KOMPLEKS/JENDELA KAMAR LINDA – NIGHT

[BINOCULAR VIEW] Jalanan sedikit sepi hanya terlihat 1 motor melintas. Lalu Binocular Samara mengarah kearah jendela kamar Linda di seberang rumahnya. Terlihat Linda baru saja keluar dari kamar mandinya hanya menggunakan handuk dan berjalan ke meja riasnya sambil mengeringkan rambutnya dilanjutkan dengan mengusap tubuhnya dengan lotion.

CUT TO :

16. INT. KAMAR TIDUR, BALKON – NIGHT

Samara terlihat sangat gemetar mencengkeram binocular sambil memandangi lensanya. Deru nafasnya sedikit mengencang terlihat tegang dan lebih bernafsu keringat dinginnya pun muncul. Lengannya pun mulai merogoh kearah dalam selangkangan celananya..
[CUT TO CUT] View Linda sedang membersihkan ketiaknya dan lainnya (sedikit erotis)
[CUT TO CUT] Badan Samara terlihat kejang, ternyata ia bermasturbasi sambil memegangi Binocularnya dan badannya terlihat sangat kaku dengan suara-suara lirih..

SAMARA:
Aaa… aaaaghh!


[CUT TO CUT] Ketika nafsu kesibukan Samara memuncak, tiba-tiba Linda tanpa sengaja menoleh dari jendelanya kearah Balkon Samara.
[CUT TO CUT] Samara pun tersentak kaget dan langsung jongkok bersembunyi di dinding balkon sambil ngos-ngosan tegang.

CUT TO :

17. EXT. JALANAN KOMPLEKS/DEPAN RUMAH LINDA – PAGI BUTA

Pagi-pagi sebelum Samara pergi untuk kegiatan kampusnya, ia menghampiri kotak pos Linda, ia melihat kanan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya dan cepat-cepat mengambil sebuah surat dari kotak posnya tersebut. Lalu berjalan cepat-cepat meninggalkan lokasi.



CUT TO :

18. INT. PERPUSTAKAAN KAMPUS SAMARA – PAGI

Samara terlihat sedang duduk sendiri di pojok tersembunyi sepi, ketika ia sedang mengerjakan tugas di laptopnya (ia menggunakan earphone agar tidak terganggu dari orang lain), ia istirahat sebentar dan merogoh isi tasnya, terlihat ia mengambil surat yang ia ambil dari kotak pos Linda dan melihatnya. Sambil menengok kiri kanan memastikan tidak ada yang melihat Ada tulisan nama “Linda Andini” disitu (ia berprofesi sebagai Alumni almamater PIO/HR Professional dari suatu kampus)

SAMARA:
Hmm.. ternyata nama kamu Linda ya..
Hmm……

Ia membaca surat itu tentang apa, dan terlihat ternyata surat itu adalah selebaran undangan dan informasi tentang “Telephone Therapy” by Dokter Elsa Lavicuna (Terapi untuk gangguan mental terobosan baru menggunakan telepon, Tagline dari Telephone Therapy adalah “INTERACT NOW!! HEAL NOW!!). Samara terlihat memperhatikan selebaran itu dan heran.

CUT TO :

19. INT. KAMAR TIDUR, BALKON – SORE

Samara terlihat sedang penasaran mengintip Linda dari Binocularnya.

CUT TO:

20. EXT. JALANAN KOMPLEKS/JENDELA KAMAR LINDA – SORE

[BINOCULAR VIEW]Didepan rumah Linda terparkir mobil keren yang pernah menjemputnya beberapa hari lalu. Linda terlihat sedang keluar dari kamar mandi mengenakan pakaian yang sexy dan perlahan berlenggok-lenggok secara erotis didepan tempat tidurnya.
[CUT TO CUT] Serentak Samara pun kaget dan nafsu birahinya pun melejit ketika melihat adegan menantang tersebut dari Binocularnya.. denyut jantung dan nafasnya mengencang..

SAMARA:
[Terbata-bata]
Ooh.. Lindaa..
Saaya.. Sayaa.. ingin.. ingin, menyentuhmu Lindaa…

Samarapun mulai merogoh celananya, menyentuh dirinya, tangannyapun bermain atas tubuhnya sambil seakan-akan berinteraksi langsung dengan Linda melalui Binocularnya.

SAMARA:
[Terbata-bata suara bernafsu]
Haaaah!! Haaaaaaagghhh!!!
[CUT TO CUT] Ketika Binocular Samara sedang serius memfokuskan pandangan pada Linda, ternyata terlihat bahwa di ranjang Linda ada seorang pria, ternyata Linda sedang asyik dengan pacarnya yang bernama Jay Fernando di kamarnya. Adegan Linda dan Jay semakin terlihat semakin memanas dan intim di binocular Samara.
[CUT TO CUT] Adegan itu sontak membuat Samara terkaget-kaget dengan adanya Jay yang tak ia prediksikan. Ia serentak membanting Binocularnya kedalam kamar.

SAMARA:
APA-APAAN INI!!??!?

[CUT TO CUT]dan dengan geram masuk ke kamarnya, mengambil kursi yang ada di kamarnya dengan penuh emosi ia membanting kursi itu ke dinding berulang kali sambil berteriak-teriak murka

SAMARA:
TAAAIIIII!!!!!!
TAAIIIII!!!!!!!!
GAA MUNGKIINN!!!!
TAII!!!!!

Beberapa saat kemudian ketika kursi sudah hancur dan ia terduduk stress ia menundukan kepala, tangannya menyangga kepalanya termurung

SAMARA:
Bangsaat..
Kenapa gue begini??!!
[Sambil sedikit menangis tidak stabil sedikit tertawa psikotik]
Gue harus bisa!
[suara ketawa lirih terpingkal perut]
hahahahah!
[Sambil membenturkan kepalanya ke dinding]
Gue harus bisa!
Hahahahahah!
GUE HARUS BISA DIHARGAIN!!!!
HaHAhAHHAhaH!
GUE HARUS BISA DICINTAIN!!!!!!
WAHAHAHHAHAHAHAHHAHAAHAHAH!!!!

FADE TO:

21. INT. WC KLINIK – PAGI

Samara terlihat sedang sengaja menyayat lengannya menggunakan silet agar ia punya alasan untuk pergi ke klinik kampusnya. Ia ingin mencoba berinteraksi secara fisikal dengan manusia lain karena selama ini ia selalu menghindar dan tidak pernah kontak fisik dengan manusia lain, bahkan kontak verbalpun hanya minim sekali.

SAMARA:
[Sambil menyayat lengannya dan menggigit kain, ia menahan sakitnya sayatan]
Uugh!

Setelah lengannya berdarah ia membuang silet itu, keluar dari kamar mandi, dan menuju ke klinik tersebut.

CUT TO:

22. INT. KLINIK – PAGI

Samara memasuki klinik tersebut dan langsung ditangani oleh dokter jaga yang bernama Adi Salim. Samara terlihat kaku dan canggung dalam berinteraksi dengan manusia lain, tidak nyaman, ia tidak komunikatif dan banyak menggunakan gestur gerak tubuh dalam berinteraksi.


DOKTER ADI:
[Sambil  mengambil beberapa alat kedokteran]
Mas Samara saya akan mengecek luka mas Samara.. Tapi sebelumnya saya harus memeriksa beberapa kondisi badan mas dulu ya..
[Dokter Adi memeriksa pernapasan Samara]
Apakah pandangannya pusing?
[Sambil memeriksa suhu kepala samara, sentuhan hanya sebentar, memeriksa dari jauh dengan sarung tangan luka samara]
SAMARA:
[Sambil susah bernafas dan berkedip-kedip tidak nyaman, ia menggelengkan kepala]
DOKTER ADI:
[Sambil menekan lembut lengan samara untuk mendapatkan denyut jantung tangan yang tidak terluka]
Sepertinya hanya tergores  ringan, tidak dalam,
dengan obat merah juga sembuh.. saya periksa dulu denyutnya ya..
[melepas sarung tangan dan menekan lembut lengan samara yang tidak terluka untuk mencari denyut jantung]
SAMARA:
[Tersentak kaget seperti baru tersiram air dingin ketika tangan dokter berkontak dengan lengannya]
Ah!! Dingin!!
[Tiba-tiba ia berteriak histeris matanya mengejang]
Uwaa!! Uwaa!!
[Ia ternyata pingsan tak sadarkan diri sesaat karena sentuhan fisik manusia]

FADE TO:

23. INT. RUANG TAMU – (FLASHBACK)

Terlihat silhouette Daddy dan mommy Samara sedang bertengkar hebat sampai berujung pada KDRT yang dilakukan Daddy, Samara kecil menyaksikan tragedy tersebut. Terlihat Mommynya bersiap-siap minggat dari rumah tersebut dan Samara kecil ingin menyusul ikut ibunya tetapi yang terjadi adalah mommynya menolaknya untuk ikut dan menamparnya.

SUARA MOMMY:
Jangan ikut Mommy! Dan jangan pernah mencari Mommy lagi!
Dasar kamu! Anak merepotkan!!
SAMARA:
[Suara Samara kecil menangis]
Terlihat flashback setelah kejadian tersebut perilaku Daddy Samara yang memang kasar semakin menjadi. Samara menjadi target pembully-an oleh daddynya sendiri, ia dianggap menjadi penyebab pergi istrinya, tidak segan-segan ia memukul dan menendangi anaknya.

SUARA DADDY:
Dasar anak Singkoong!!
Tolol!!
Ga Berguna!!!!
SAMARA:
[Suara isak Samara kecil menangis]

Flashback ini menyimpulkan mengapa Samara menjadi pribadi yang seperti sekarang ini.

FADE TO:

24. INT. KLINIK – PAGI

Samara tersadarkan dari pingsannya, Dokter Adi ternyata memberinya aroma balsam untuk membuatnya terbangun. Samara pun cepat-cepat beranjak dari klinik tersebut karena tidak nyaman dengan kejadian tadi.

DOKTER ADI:
[Sambil memberikan aroma untuk menyadarkan Samara]
SAMARA:
[Terbangun dan Terkaget lalu kabur dari tempat tersebut]
HAH??!!

Ketika ia beranjak dari tempat tersebut ia mengambil selebaran yang ia ambil dari kotak pos Linda mengenai “Telephone Therapy” Dokter Elsa dan membaca selebaran itu.

CUT TO :

25. INT. KAMAR TIDUR – DAY

Samara menelepon nomor telepon yang ada di selebaran “Telephone Therapy” dengan bimbang dan takut. Dan ternyata Dokter Elsa sendiri yang menerima telfon tersebut.

[Nada dering beberapa saat lalu sambungan terangkat]
[VOICE ONLY] DOKTER ELSA:
Halo..
Selamat siang selamat datang di sesi “Telephone Therapy”..
Dengan saya Dokter Elsa,
Apa yang bisa saya bantu?
SAMARA:
Ha.. Haloo..
Sa.. sayaa.. saya…
DOKTER ELSA:
Iya.. dengan siapa ini saya berbicara?

SAMARA:
Sa.. Sa.. Sa.. Ma.. Ra..
Nama saya Samara..
DOKTER ELSA:
Samara coba kamu tenangkan diri kamu dulu
Coba ikuti saya ya,
Tarik nafas panjang dalam hitungan ke lima buang nafas..
Rasakan pikiran kamu lebih relax lebih ringan lagi..
SAMARA:
[Mengikuti anjuran pernafasan Dokter Elsa dan nafasnya perlahan lebih tenang]
DOKTER ELSA:
Nah tetap dengan nafas panjang dan relax ya..
apa yang bisa saya bantu Samara?
SAMARA:
Saya benci dengan dunia dok,
Saya ga bisa berinteraksi tetapi saya ingin berinteraksi dengan seseorang dok!
DOKTER ELSA:
Tenang Samara,
Saya mengerti masalahmu dan apa yang kamu rasakan..

[Time-Lapse Samara berbicara secara intens dengak Dokter]


CUT TO :

26. INT. KAMAR TIDUR – SORE

[Montage Shot] Hari berikutnya Samara memulai sesi terapinya lagi dengan dokter Elsa.

[VOICE ONLY] DOKTER ELSA:
Perlahan dengan jiwa kamu semakin relax,
Kamu merasakan semua permasalahan dan trauma yang kamu alami
didalam dunia ini semakin kecil.. mengecil sampai menjadi titik..
yang kemudian menghilang.
Ambil 2 guling dan taruh guling itu di kursi Samara.
Anggap 2 guling tersebut adalah Ayah dan Ibumu yang kamu benci itu..
Ini adalah inti penyebab trauma kamu pada dunia.
Sekarang secara perlahan kamu ungkapkan semua beban kamu..
Utarakan semua beban kamu ke mereka..
Kamu tidak perlu teropong itu lagi!!
Mulut, mata, dan telinga kamu yang akan langsung berinteraksi
Dengan mereka Samara!!
Kamu bisa karena kamu berharga Samara
SAMARA:
[Mengikuti sesi role-play tersebut dan menangis]

Diikuti dengan montage sesi penyembuhan Samara melalui sesi therapy dengan Dokter Elsa.

CUT TO :

27. INT. PERPUSTAKAAN KAMPUS SAMARA – SORE

Samara memasang earphone wireless pada kupingnya, Dokter Elsa membimbingnya dari telepon untuk berinteraksi langsung dengan orang lain secara langsung. Untuk prakteknya, ia akan belajar berinteraksi dengan penjaga perpustakaan untuk mencari buku berjudul “Beautiful Mind” yang disarankan Dokter Elsa untuk dibaca Samara.

[VOICE ONLY] DOKTER ELSA:
Jangan takut Samara, Saya ada disini,
Kamu bisa mendengar suara saya..
Tidak ada yang perlu dihindari dari dunia ini..
Yang perlu kamu lakukan hanya
Bertanya tentang buku berjudul “Beautiful Mind” dan meminjamnya.
[Samara berjalan menuju informasi perpustakaan]
SAMARA:
[Menghela nafas dan pause selama beberapa saat lalu berbicara]
Mbak, saya nyari buku judulnya “Beautiful Mind”,
Ad..[stop terpotong]
[Belum selesai Samara berbicara penjaga perpustakaan tersebut sudah menjawabnya]
 PENJAGA PERPUSTAKAAN:
[Sambil respons tersenyum]
Ayo mari saya bantu tunjukan..
[berjalan ke rak buku diikuti Samara]
“Beautiful Mind” ya.. hmm..
[sambil tangannya mencari buku dan mengambil buku berjudul “Beautiful Mind”]
Ini dia!
[memberikan kepada Samara]
SAMARA:
Oh.. Te.. Terima kasih..
PENJAGA PERPUSTAKAAN:
[Sambil tersenyum sambil balik ke mejanya kembali]
Sama-sama
SAMARA:
[Bengong tercengang tidak bisa berkata-kata]
DOKTER ELSA:
Tuh apa kubilang.. semuanya akan baik-baik saja Samara..
Saya bangga sama kamu Samara..
SAMARA:
[Tersenyum sambil pergi membawa buku tersebut]

CUT TO :

28. EXT. JALANAN KOMPLEKS/DEPAN RUMAH LINDA – SORE

Ketika samara berjalan pulang menuju rumahnya, tidak sengaja ia menyaksikan pertengkaran Jay dan Linda didepan rumah Linda. Sontak ia langsung bersembunyi dibelakang dinding gang dan mendengarkan pertengkaran Jay dan Linda. Pertengkaran itu cukup heboh sepertinya Jay mau memutuskan Linda, tetapi Linda tidak terima. Pertengkaran itu diakhiri dengan Jay membanting HP kesayangan Linda dan meninggalkan wanita itu dengan tangisnya.

LINDA:
(menangis)
please, jangan pergi!
tetaplah disisiku!


Linda menegakkan kepalanya dan membalikkan badan Jay kearahnya. Memandang Jay penuh harap.

LINDA:
(terisak-isak)
selama ini aku selalu berusaha yang terbaik,
demi mempertahankan hubungan kita

Jay hanya diam.

LINDA:
(menahan tangis)
aku selalu berharap bisa diakui..
aku ingin dicintai oleh pria sepertimu

Tiba-tiba Linda memberanikan diri mencium Jay. Namun tidak jauh dari situ, Dibalik dinding Samara menyaksikan secara langsung kejadian saat itu. Dengan penasaran ia tetap menguping pertengkaran sepasang kekasih itu.

LINDA:
(memandangi Jay dengan harap)
apa ini yang kamu inginkan?
apa dengan ini kamu bisa kembali kesisiku lagi?

Linda mencoba lagi mencium Jay, namun Jay menghentikannya dengan memegangi bahu Linda dan melepaskan diri dengan pandangan dingin.

JAY:
Maaf!
Gue ngga bisa..

Lalu Jay pergi meninggalkan Linda. Linda pun serentak menjerit tangisannya dengan penuh emosi ia membanting HP kesayangannya yang notabene adalah kado ulang tahun dari Jay tersebut.

LINDA:
(berteriak dan menangis sambil membanting HP)
Haaah!!!!!!!!!

Setelah Linda kembali masuk ke rumahnya, Samara berjalan didepan rumah Linda, ia melihat HP Linda yang terbanting rusak tersebut. Ia mengambil HP tersebut untuk ia betulkan dan masuk ke rumahnya.

CUT TO :

29. INT. KAMAR TIDUR – SORE

[Montage Shot] Terlihat Binocular Samara tergeletak di ranjangnya, ia terlihat sedang sibuk mengutak-atik HP Linda, membongkar komponen-komponen yang rusak, ia sedang berusaha membenarkan HP tersebut sampai berjam-jam.

FADE TO :

30. INT. KAMAR TIDUR – PAGI

Samara terbangun dari tidurnya. HP Linda ternyata sudah selesai ia benarkan. Selanjutnya Samara menulis pesan melalui kartu ucapan. Kartu ucapan itu berbunyi “Cheer Up Linda”. Dan isinya adalah pengakuan Samara bahwa ia menemukan dan ingin mengembalikan HP Linda setelah ia benarkan. Ia juga mengungkapkan perasaan dan mengutarakan niatnya agar kalau diijinkan, ia ingin lebih berkenalan dengan Linda secara langsung sebagai niatan baik. Surat itu berisi tawaran Samara terhadap Linda untuk bertemu dan berkenalan dengannya di suatu kafe sekitar tempat tinggalnya.

Setelah selesai menulis, ia mengambil HP Linda dan surat itu, lalu beranjak pergi dari rumahnya untuk pergi ke kampus.

CUT TO :

31. EXT. JALANAN KOMPLEKS/DEPAN RUMAH LINDA – PAGI

Sebelum Samara pergi menuju kampusnya, ia menyempatkan diri mengendap-endap untuk meletakan HP Linda dan surat tersebut didepan pintu rumah Linda sambil membunyikan bel rumah Linda, lalu ia pergi berlari meninggalkan lokasi tersebut.

Beberapa saat setelah itu Linda membuka pintu dan mengambil bingkisan dari Samara tersebut. Wajahnya terlihat bingung heran bertanya-tanya siapa yang menemukan HPnya tersebut. Ditengah keterkejutanya tersebut tersirat senyum di wajahnya.

CUT TO :

32. INT. KAMAR TIDUR – SORE

Samara sedang bersiap-siap untuk kencan perkenalannya dengan Linda yang dijadwalkan malam itu. Ia memilih pakaiannya yang terbaik yaitu kemeja rapi, serta sepatu sneakersnya yang terkeren, ia pun menyisir rambutnya dan berdandan bak pangeran kerajaan agar terlihat menarik ketika nanti ia bertemu dengan Linda.

Sambil menulis ia menelepon Dokter Elsa untuk curhat dengannya.

[VOICE ONLY] DOKTER ELSA:
Bagaimana kabar kamu Samara?
SAMARA:
Sangat baik Dokter Elsa..
Karena semangat dokter saya bisa punya keberanian
Untuk berinteraksi dengan orang lain.
Bahkan malam ini saya akan bertemu dengan seorang wanita..
DOKTER ELSA:
Wah.. saya ikut gembira untuk kamu Samara..
I do care about you Samara..
[diam beberapa saat, Samara tersenyum mendengarnya]
Saya juga malam ini akan bertemu kawan lama saya..
Remember ya “Healthy Mind will find Happiness”..
[Sambungan putus]
[Samarapun tersenyum]

Setelah siap ia beranjak pergi ke kafe yang telah ia tentukan untuk bertemu dengan Linda.

CUT TO :

33. INT. CAFÉ – NIGHT

Samara telah duduk didalam café tersebut, ia menunggu kedatangan Linda, ia tampak duduk dengan sedikit gugup

Setelah beberapa saat, Linda masuk kedalam café itu, dan Samara melambaikan tangannya dengan perasaan sedikit berdebar. Lalu Linda tersenyum sambil duduk menghampiri Samara. Merekapun bersalaman.

SAMARA:
[Sambil berusaha tersenyum]
Halo aku Samara.
LINDA:
[Sambil tersenyum]
Linda..
Terima kasih banyak ya udah benerin HP-ku..
Gimana ini aku bisa ngebalesnya..
SAMARA:
Ah.. Gapapa kok.. sama-sama..
LINDA:
Kamu udah sering ke tempat ini? Minuman yang enak apa ya?
SAMARA:
Ini baru pertama kali.. emm.. No Idea, chocolate??
LINDA:
Hmm, great idea!
[keduanya memesan minuman]
SAMARA:
[Sambil tersenyum]
HP-nya ga ada masalah lagi kan?
LINDA:
Iya udah bener kayak baru..
Aku tuh ga abis pikir ya sama Jay! Kok tega-teganya dia sama aku sampai seperti ini..
SAMARA:
[Sedikit heran]
Jay?
LINDA:
[Muka sedikit sedih]
Eh maaf ya jadi curhat begini..
Iya Jay mantanku.. dia yang ngasih HP ini ke aku..
Aku sedih banget setiap kali ngeliat HP ini jadi keinget dia..

FADE TO :
[SPEED-UP MONTAGE]

Linda malah jadi curhat panjang lebar tentang Jay kepada Samara.. dan Samara menjadi bingung harus merespons apa.. perasaanya sedikit sedih karena harusnya hari ini menjadi kencan pertamanya.. akhirnya ia hanya diam sembari mendengarkan curhatan Linda yang terasa tidak pernah selesai.

Beberapa saat kemudian Ponsel Linda berbunyi,dan ia mengangkatnya..

LINDA:
Sebentar ya..
SAMARA:
[Mempersilahkan dengan kode tangan sambil menunduk]
LINDA:
Halo..
Eh iya lu jadi kesini?
[konversasi telepon]
SAMARA:
[Dengan ekspresi sedikit sedih dan menunjuk WC]
aa.. ke WC dulu ya..
[Samara beranjak ke toilet café dan Linda tetap telfonan dengan temannya]

Didepan pintu toilet, Samara bingung harus bagaimana.. ia sudah tidak nyaman dengan kencannya malam tersebut.. hopeless, satu-satunya jalan keluar adalah menelepon Dokter kesayangannya, ia tiba-tiba merasa kangen mendengar suara dokternya tersebut.. maka ia merogoh ponsel dan menelepon Dokter Elsa.

SAMARA:
Maaf ya mengganggu malam-malam begini dok..
Emmm.. emm..
Saya ga tau harus berbicara dengan siapa lagi..
DOKTER ELSA:
Ada apa Samara?
Kamu nggak kenapa-napa kan?
Remember ya “Healthy Mind will find Happiness”..
SAMARA:
Lho?! Dokter Elsa????

Samara terheran-heran karena suaranya terdengar sangat dekat di ruangan itu.. ia mencari asal suara tersebut, terlihat wanita muda cantik juga sepertinya kaget mendengar langsung suara Samara dari dalam café tersebut. Samara dan Dokter Elsa akhirnya bertatap-tatapan dan Samara memberanikan diri untuk maju menegur langsung dokter Elsa. Dilengannya ia membawa tas kecil yang selalu dibawanya tersebut. Sekejap Linda telah terlupakan keberadaanya ditempat tersebut

SAMARA:
[tatapan seperti tersambar geledek]
(tegang bercampur gembira)
[Samara mengajukan tangannya sebagai tanda perkenalan langsung]
Samara..
DOKTER ELSA:
[Tersenyum manis dan terpukau dengan penampilan Samara malam itu
Ia tidak menyangka Sosok samara seperti itu]
Elsa….
SAMARA:
Terima kasih atas semuanya Elsa..
Finally I found my happiness..
In you….
DOKTER ELSA:
[Membalas dengan mengangguk senyum tulus]

[Slow-Motion] Adegan ditutup dengan Samara mengambil Binocular dari tas dan membuangnya ke tong sampah, lalu memberikan Buku “Healthy Mind” dari dalam tasnya ke tangan Dokter Elsa. Lalu mereka berjalan keluar.

FADE OUT :

ROLL CREDIT :


- END -

Bintang By Bigfoot - A Video directed by Me